Bunda, Pahami Apa Itu Kebutuhan dan Keinginan Anak

Banyak orang tua yang belum bisa membedakan mana kebutuhan anak dan mana keinginan anak. Dua hal ini tentu beda. Maka beda pula bagaimana pemenuhannya.

Terkadang ketidaktahuan orang tua akan hal itu diselimuti dengan istilah ‘sayang anak’. Akhirnya, semua keinginan anak berubah menjadi kebutuhan–harus dipenuhi.

Bunda, anak di bawah usia 15 tahun, secara umum tidak memerlukan HP. Seandainya terpaksa memberinya HP, maka sewajarnya saja, untuk akses komunikasi dengan orang tua. Bukan smartphone canggih yang rawan disalahgunakan.

Pernahkah anak kita nangis saat meminta sesuatu? Minta gadget misalnya. Lalu bagaimana respon kita sebagai orang tua? Apakah mengalah, membelikannya gadget yang diinginkan sembari berdalih sayang anak.

Padahal, kami yakin, bunda tentu tahu itu gadget bukanlah kebutuhan anak. Waspada ya bunda, apabila kita luluh hanya karena dalih sayang anak, lalu mengabaikan dampak negatif, anak akan terbiasa mengulang hal yang sama. Ketika orang tua tidak menurutinya, anak akan terbiasa merengek, menangis, bahkan mengancam tidak mau makan (mungkin) hingga keinginannya tidak dipenuhi.

Bunda, fokus. Jika menurut bunda, anak butuh, maka sebisa mungkin penuhi, dan sebaliknya. Namun, jika itu keinginan, tidak semua harus diberikan. Bunda harus pandai menganalisa, apakah keinginan tersebut akan berdampak positif bagi si anak atau sebaliknya.

Lalu bagaimana agar si anak tidak memberikan (ancaman) ketika keinginannya tidak dipenuhi? Bunda bisa mulai dengan memberikan tantangan. Misal, si anak pengen beli gadget. Berikan ia tantangan, boleh beli gadget, asalkan bisa rutin shalat jamaah subuh di masjid.

Dengan tantangan, anak akan belajar sebab akibat. Untuk mendapatkan sesuatu, ia harus melakukan sesuatu. Buat pula komitmen, apabila tidak semangat beribadah lagi, gadget akan diambil kembali.

Meski demikian, bunda tetap harus memberikan pengawasan ekstra. Dampingi anak-anak agar bijak dalam menggunakan apa yang dimilikinya. Berikan edukasi dan motivasi berupa arahan-arahan positif.

Baca juga : Faktor penghambat mobilitas sosial