Resensi Buku: Peradaban Ekonomi Islam
Judul Buku : Peradaban Ekonomi Islam.
Penulis : Dr. Yadi Janwari, M.A.
Penerbit : Remaja Rosdakarya, Bandung
Cetakan : I, November 2018
Tebal : 278 halaman
Peresensi : Ahmad Fatoni
KENDATI peradaban ekonomi Islam ialah rangkaian sejarah yang sangat panjang, tetapi sangat tidak sering ditemui tulisan tentang sejarah ekonomi Islam. Perihal ini nampak buku- buku sejarah peradaban Islam malah lebih didominasi sejarah politik. Novel Peradaban Ekonomi Islam ini tidak hanya hendak menguraikan sejarah pemikiran ekonomi Islam juga hendak menyingkap donasi ekonomi Islam masa klasik terhadap kebangkitan ekonomi modern.
Bagi Yadi Janwari, pemikiran para pemikir muslim senyatanya sudah merespons tantangan- tantangan ekonomi dari masa ke masa. Pemikiran ekonomi Islam tersebut diilhami serta dipandu oleh ajaran Al- Quran serta Sunnah pula oleh pemikiran serta pengalaman empiris mereka. Apalagi, sangat banyak ilmuwan muslim klasik yang mempunyai pemikiran ekonomi yang amat maju melampaui ilmuwan- ilmuwan Barat.
Sejarah mencatat Ilmuwan muslim di masa klasik sudah banyak menulis serta mengkaji ekonomi Islam tidak saja secara normatif, namun pula secara empiris serta ilmiah dengan metodologi yang sistematis, semacam novel Ibnu Khaldun( 1332- 1406) serta Ibnu Taymiyah, apalagi Al- Ghazali( w. 1111). Tidak hanya itu masih banyak ditemui buku- buku yang spesial mangulas bagian tertentu dari ekonomi Islam, semacam Kitab Al- Kharaj karangan Abu Yusuf( w. 182 H/ 798 Meter), Kitab Al- Kharaj karya Yahya bin Adam( w. 203 H), Kitab Al- Kharaj buah pemikiran Ahmad bin Hanbal( w. 221 Meter).( perihal. 15).
Buku- buku tersebut sarat dengan kajian ekonomi, semacam kebijakan moneter, fiskal( zakat serta pajak), division of labour, guna duit, mekanisme pasar, dominasi, perburuhan, pengaturan usaha orang serta perserikatan, lembaga keuangan( baitul mal), syairafah( semacam Bank Devisa Islam). Mereka pula terdapat yang mangulas kajian ekonomi murni, semacam ekonomi sosial serta ekonomi politik.
Paling utama pada masa Dinasti Abbasiyah, peradaban Islam pernah hadapi kemajuan yang luar biasa, yang setelah itu diketahui dengan sebutan The Golden Age. Tetapi pernah pula hadapi keterpurukan dalam jangka waktu yang berabad- abad lamanya. Ekonomi Islam selaku mata rantai dari ekspedisi sejarah, pasti saja hadapi fluktuasi sebagaimana sejarah peradaban Islam pada biasanya.
Pasca tumbangnya Dinasti Abbasiyah, pemikiran ekonomi Islam terletak di dasar penetrasi kolonialisme Barat. Kejatuhan Dinasti Abbasiyah ke tangan bangsa Mongol pada tahun 1258 diakui selaku fase kemunduran Islam. Dunia Islam tidak lagi mempunyai kekuatan buat memngaruhi gejolak perekonomian dunia. Sepanjang 5 abad dunia Islam hadapi kemunduran, baik secara politik, ekonomi, serta aspek yang lain.
Masa kemunduran itu tumbuh jadi masa kehancuran pada abad ke- 18 Meter. Baru semenjak pertengahan abad ke- 20 Meter, di dunia Islam mulai berkembang kemauan buat bangkit dari keterburukan. Dalam 3 decade belum lama, kajian serta riset ekonomi Islam kembali tumbuh. Bermacam forum internasional tentang ekonomi Islam sudah kerap serta banyak diselenggarakan di bermacam negeri, semacam konferensi, seminar, simposium, serta workshop.
Puluhan para doktor serta profesor ekonomi Islam yang pakar dalam ekonomi konvensional serta syariah, tampak selaku pembicara dalam forum- forum tersebut.( perihal. 233). Dari kajian mereka ditemui kalau teori ekonomi Islam, sesungguhnya bukan ilmu baru maupun ilmu yang diturunkan secara mendasar dari teori ekonomi modern yang tumbuh dikala ini. Kenyataan historis menampilkan kalau para ilmuwan Islam era klasik, apalagi semenjak era Rasulullah, merupakan penemu serta peletak dasar seluruh bidang keilmuan, tercantum ilmu ekonomi.
Hendak namun, apresiasi para sejarawan serta pakar ekonomi terhadap kemajuan kajian ekonomi Islam terkesan mengabaikan jasa- jasa ilmuwan muslim. Perihal itu nampak pada buku- buku sejarah pemikiran ekonomi yang ditulis ahli ekonomi Barat ataupun Indonesia. Celakanya lagi, banyak karya- karya ilmuwan Barat yang terencana menyembunyikan kedudukan ilmuwan Islam dalam mengembangkan pemikiran ekonomi.
Novel misalnya Pertumbuhan Pemikiran Ekonomi ( 1995) tulisan Deliarnov, sama sekali tidak memasukkan pemikiran para ekonom Muslim di abad pertengahan. Sementara itu sangat banyak ilmuwan muslim klasik yang mempunyai donasi pemikiran ekonomi untuk pertumbuhan ekonomi modern. Demikian pula novel History of Economics Analysis( 1954) karya Schumpeter, pula mengesampingkan jasa pemikiran ekonomi para pemikir ekonomi Islam.
Bersamaan ekspedisi sejarah, jatuh bangunnya peradaban ekonomi Islam menjajaki peradaban umat Islam itu sendiri. Novel ini berupaya menelusuri jejak sejarah peradaban ekonomi Islam, spesialnya pada masa keemasan Islam pada abad ke- 8 s. d. ke- 13 Meter serta masa kebangkitan Islam pada abab ke- 20 Meter. Kajian Pimpinan Prodi Magister Ekonomi Syariah Pascasarjana UIN Bandung tentang peradaban ekonomi Islam ini sangat menarik buat disimak oleh warga akademik ataupun warga luas.
Posting Komentar untuk "Resensi Buku: Peradaban Ekonomi Islam"